Resume Jurnal Computech & Bisnis
RESUME JURNAL 3
Judul jurnal :
|
Analisis
Kesulitan Siswa Dalam Pemecahan Masalah Matematika
|
Penulis :
Ruhyana
Lembaga penulis : Jurnal
Computech & Bisnis
Tahun :
2016
Volume/No./Hlm : Vol. 10, No. 2, h. 106-118
Resume Jurnal :
Jurnal yang ditulis oleh Ruhyana yang berjudul “Analisis
Kesulitan Siswa Dalam Pemecahan Masalah Matematika” ini merupakan analisis terhadap hasil test soal pemecahan masalah
matematika siswa kelas 6 sekolah dasar di SDN Sabagi Kecamatan Sumedang,
Kabupaten Sumedang. Analisis yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui
jenis-jenis kesulitan, faktor penyebab kesulitan, dan bagaimana penanganan
terhadap kesulitan siswa dalam pemecahan masalah matematika. Dari hasil
analisis tersebut, diharapkan guru mampu mengantisipasi faktor apa saja yang
dapat menjadikan hambatan bagi siswa dalam mengerjakan soal pemecahan masalah
matematika.
Seperti yang kita ketahui bahwa pembelajaran matematika di sekolah dasar
tidak hanya diarahkan pada peningkatan kemampuan siswa dalam berhitung, tetapi
juga diarahkan kepada peningkatan kemampuan siswa dalam pemecahan masalah (Problem
Solving), baik masalah matematika maupun masalah lain yang secara
kontekstual menggunakan matematika untuk memecahkannya.
Tidak dipungkiri bahwa matematika menjadi salah satu mata pelajaran dengan
tingkat kesulitan belajar paling banyak yang dialami siswa. Oleh karena itu
diperlukan penelurusan lebih dalam terhadap apa saja hambatan belajar yang
dialami siswa sehingga siswa mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal
matematika terutama soal pemcehan masalah, serta bagaimana cara meminimalisir
berbagai hambatan belajar tersebut. Dalam jurnal ini, penulis mencoba
mengidentifikasi beberapa kesulitan yang dialami siswa dalam materi bilangan
dan pecahan.
Untuk mengetahui kesulitan siswa dalam mengerjakan soal pemecahan masalah
matematika, sebelumnya penulis melakukan tes diagnosis terlebih dahulu kepada
30 siswa di salah satu SD di kota Bandung. Dari hasil test tersebut selanjutnya
dilakukan analisis secara mendalam terhadap kesulitan-kesulitan apa saja yang
ditemui siswa dalam mengerjakan soal tersebut.
Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa penelitian yang dilakukan
penulis dalam jurnal ini dilakukan setelah penulis melakukan sebuah tes yang
berkaitan dengan soal pemecahan masalah dengan topik bilangan dan pecahan di
kelas 6 kepada 30 siswa di sebuah sekolah yang kemudian selanjutnya dilakukan
analisis secara mendalam terhadap masalah apa saja yang ditemukan setelah
mengetahui hasil tes tersebut. Selain itu, penelitian yang dilakukan penulis
dalam jurnal ini juga bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis kesulitan yang
dialami siswa dalam mengerjakan soal pemecahan masalah dengan topik bilangan
dan pecahan di kelas 6, faktor apa saja yang menyebakan siswa mengalami
kesulitan, serta bagaimana penanganan yang tepat terhadap kesulitan yang
dialami siswa tersebut.
Dalam penelitian ini penulis tidak menjelaskan lebih lanjut mengenai jenis
penelitian atau pendekatan seperti apa yang dilakukan penulis. Akan tetapi,
berdasarkan dari hasil telaah yang saya lakukan pada jurnal ini saya
menyimpulkan bahwa penelitian yang dilakukan penulis merupakan jenis penelitian
deskriptif
dengan pendekatan kualitatif, karena analisis yang dilakukan penulis tidak berupa
analisis yang bersifat kuantitatif atau statistik yang menggunakan angka-angka
atau rumus tertentu dalam menentukan hasilnya, tertapi hanya berupa penjabaran
deskriptif mengenai apa saja jenis kesulitan yang dialami siswa dalam mengerjakan soal pemecahan masalah dengan topik bilangan dan pecahan
di kelas 6.
Berdasarkan kajian pustaka yang dilakukan penulis, dijelaskan bahwa suatu masalah biasanya memuat situasi yang mendorong
seseorang untuk menyelesaikannya, akan tetapi tidak tahu secara langsung apa
yang harus dikerjakan untuk menyelesaiknnya.
Jika suatu masalah diberikan kepada seorang anak dan anak tersebut dapat
mengetahui cara penyelesainnya dengan benar, maka soal tersebut tidak dapat
dikatakan sebagai masalah. Sesuatu dianggap masalah bergantung kepada orang
yang menghadapi masalah tersebut disamping secara impilisit suatu soal bisa
memiliki karakteristik sebagai masalah.
Dalam pembelajaran matematika, masalah dapat disajikan
dalam bentuk soal tidak rutin yang berupa soal cerita, penggambaran fenomena
atau kejadian, ilustrasi gambar atau teka-teki. Masalah tersebut kemudian
disebut masalah matematika karena mengandung konsep matematika. Terdapat
beberapa jenis masalah matematika, walaupun sebenarnya tumpang tindih, tapi
perlu dipahami oleh guru matematika ketika akan menyajikan jenis soal
matematika. Menurut Hudoyo & Sutawijaya, masalah matematika dapat berupa masalah
transalasi, masalah aplikasi, masalah proses dan masalah teka-teki.
Kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal matematika
dapat diduga dari kesalahan-kesalahan dalam mengerjakannya. Menurut Davis dan
McKillip dalam Suryanto, kesalahan dalam memecahkan masalah atau soal
matematika ada yang disebabkan oleh kecerobohan, ada yang disebabkan oleh
masalah belajar. Sedangkan menurut Wood bahwa beberapa karakteristik kesulitan
siswa dalam belajar matematika adalah kesulitan membedakan angka, simbol-simbol,
serta bangun ruang, tidak sanggup mengingat dalil-dalil matematika, menulis
angka tidak terbaca atau dalam ukuran kecil, tidak memahami simbol-simbol
matematika, lemahnya kemampuan berpikir abstrak, lemahnya kemampuan metakognisi
(lemahnya kemampuan mengidentifikasi serta memanfaatkan algoritma dalam
memecahkan soal-soal matematika).
Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam
pembelajaran matematika seringkali ditemukan berbagai masalah yang menyebabkann
siswa mengalami hambatan dalam proses pemahaman konsepnya sehingga
mengakibatkan siswa juga sulit dalam proses pemecahan masalahnya. Masalah
tersebut kemudian disebut masalah matematika karena mengandung konsep
matematika. Kesulitan atau hambatan yang dialami siswa dalam menyelesaikan soal
matematika dapat diduga dari kesalahan-kesalahan dalam mengerjakan soal yang
berkaitan dengan materi yang tidak mereka pahami betul konsepnya seperti apa
dan bagaimana cara pemecahan masalahnya.
Hasil penelitian yang dilakukan penulis dalam jurnal
ini menghasilkan bahwa kesulitan yang diduga menjadi penyebab atau sumber
terjadinya kesalahan yang yang dialami siswa yaitu berupa kesulitan dalam
memahami atau menggunakan simbol, menggunakan proses yang tepat, menguasai
konsep dan prasyarat yang ada pada proses pemecahan masalah tersebut, kurangnya ketelitian, perhitungan atau komputasi, mengingat, memahami
maksud soal, memahami fakta, serta mengaitkan konsep dengan fakta yang ada
dalam soal pemecahan masalah tersebut.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan penulis dalam jurnal ini,
penulis menggambarkan bahwa pembelajaran yang dapat mengembangkan penalaran proporsional
bukanlah pembelajaran klasikal yang hanya menjadikan murid sebagai objek pasif,
melainkan pembelajaran penuh aktivitas yang melibatkan seluruh siswa untuk ikut
berperan. Guru juga harus memberikan contoh-contoh nyata yang ada di kehidupan
siswa dan memberikan siswa kebebasan untuk berdiskusi mengenai masalah-masalah
proporsional. Selain itu, yang paling penting adalah menghindari pembelajaran
prosedural dimana guru menyajikan algoritma penyelesaian masalah di awal dan
menjelaskan secara verbal contoh bagaimana cara mengerjakannya tanpa disertai
media apapun. Kegiatan ini jelas akan membunuh semangat siswa dalam bereksporasi
mencari pengetahuannya sendiri. Membiasakan siswa memecahkan masalah dengan
jalan pintas tanpa disertai proses berpikir hanya akan menyebabkan kemampuan
logika proporsional menjadi tidak berkembang.
Dalam penelitian ini penulis menyimpulkan bahwa kesulitan belajar matematika yang dialami oleh siswa
pada bahasan bilangan disebabkan oleh kemampuan verbal siswa untuk mencerna
kalimat soal cerita menjadi kalimat matematika masih rendah. Namun ada juga
yang dimungkinkan karena prasyarat yang dimiliki kurang terutama dalam
perkalian sehingga menjadikan pemahaman konsep materi pada perkalian dua
bilangan menjadi tidak paham. Untuk dapat memahami konsep perkalian dua
bilangan atau lebih maka siswa harus memiliki kemampuan konsep prasyarat seperti
kemampuan memahami konsep penjumlahan, konsep perkalian, serta konsep perkalian
dua bilangan dengan cara bersusun. Sedangkan dalam bahasan pecahan, terlhat sekali bahwa
penguasaan konsep siswa terhadap pecahan masih sangat rendah. Terlihat dari
masih terjadi kesalahan dalam menentukan bagian dari sebuah pecahan atau
bagaimana menghitung persentase dari suatu harga.
Kesulitan yang menjadi penyebab atau sumber terjadinya
kesalahan siswa dalam mengerjakan soal-soal matematika adalah kesulitan dalam
memahami dan menggunakan lambang, menggunakan proses yang tepat, menggunakan bahasa, menguasai fakta dan konsep prasyarat, menerapkan
aturan yang relevan, mengerjakan soal tidak teliti, memahami konsep,
perhitungan atau komputasi, mengingat, memahami maksud soal, mengambil
keputusan, memahami gambar, dan mengaitkan konsep dengan fakta.
Berdasarkan hal tersebut penulis berpendapat bahwa perlu dilakukannya langkah-langkah konkret untuk
mengatasi atau setidaknya mengurangi kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa
dalam mengerjakan soal matematika. Tindakan yang dipilih tentu yang sesuai
dengan kemampuan siswa, kemampuan guru dan kondisi sekolah di mana terjadi
proses belajar-mengajar berlangsung. Karena, bisa saja masalah yang terjadi sama, tetapi situasi dan
kondisinya berbeda maka dibutuhkan penanganan yang berbeda pula. Kegiatan yang
dimaksud dapat berupa kegiatan yang menumbuhkan minat dan motivasi serta
meningkatkan pemahaman siswa terhadap matematika, terutama pada bagian-bagian dimana
siswa mengalami kesulitan. Kemungkinan langkah-langkah untuk mengatasi
kelemahan tersebut adalah perlu diadakannya program pengajaran khusus sebagai
pengayaan, perlu ditinjau kembali dan dikembangkan sistem penilaian yang
bersifat edukatif yang dapat menumbuhkan motivasi siswa dalam belajar
matematika, perlu dipenuhinya komponen-komponen belajar mengajar pokok yang
disyaratkan. Selain itu juga diperlukan perubahan pembelajaran yang menggunakan
inovasi baru untuk lebih memotivasi semangat dan minat siswa.
Berdasarkan pemaparan penulis di atas saya menyimpulkan bahwa kesulitan belajar yang dialami oleh siswa kelas 6 di SDN Sabagi Sumedang dalam
pemecahan masalah matematika pada
bahasan bilangan disebabkan oleh kemampuan verbal siswa untuk mencerna kalimat
soal cerita menjadi kalimat matematika masih rendah. Selain itu, prasyarat yang
dimiliki siswa juga kurang, seperti dalam hal memahami dan menggunakan lambang,
menggunakan proses yang tepat, menggunakan bahasa, menguasai fakta dan konsep prasyarat, menerapkan
aturan yang relevan, kurangnya ketelitian dalam mengerjakan soal, memahami
konsep, perhitungan atau komputasi, mengingat, memahami maksud soal, mengambil
keputusan, memahami gambar, dan mengaitkan konsep dengan fakta. Kerena hal
itulah perlu dilakukan langkah-langkah konkret untuk mengatasi atau setidaknya
mengurangi kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa dalam mengerjakan soal
matematika tersebut. Tentunya tindakan yang dilakukan harus sesuai dengan kemampuan
siswa, kemampuan guru dan kondisi sekolah di mana terjadi proses
belajar-mengajar tersebut berlangsung.