Prinsip Pengembangan Kurikulum
PRINSIP
PENGEMBANGAN KURIKULUM
A.
Pengertian Prinsip Pengembangan Kurikulum
Secara tata bahasa, prinsip mempunyai arti asas,
dasar, keyakinan dan pendirian. Dari pengertian tersebut, dapat kita pahami
bahwa kata prinsip menunjuk pada hal yang sangat penting, mendasar, harus
diperhatikan, memiliki sifat mengatur dan mengarahkan, serta sesuatu yang
biasanya selalu ada atau terjadi pada situasi dan kondisi yang sama. Pengertian
dan makna prinsip tersebut menunjukkan bahwa prinsip itu memiliki fungsi yang
sangat penting dalam kaitannya dengan keberadaan sesuatu. Melalui pemahaman
suatu prinsip, orang bisa menjadikan sesuatu lebih efektif dan efisien. Prinsip
juga mencerminkan hakikat yang dikandung oleh sesuatu, baik dalam dimensi
proses atau dimensi hasil, dan bersifat memberikan rambu-rambu yang harus
diikuti untuk mencapai tujuan secara benar.
Pengembangan kurikulum atau mendesain kurikulum sering dimaknai
secara sederhana sebagai kegiatan menghasilkan kurikulum baru atau kegiatan
menghubungkan antara satu komponen dengan komponen kurikulum lainnya hingga
menemukan kesesuaian. Komponen-komponen tersebut berada di tiga bahkan empat
wilayah, yaitu perencanaan, penerapan, evaluasi dan dampak. Kegiatan
pengembangan kurikulum juga melibatkan pihak tertentu seperti unsur pendidik,
tenaga kependidikan, penentu kebijakan, komite sekolah, orang tua, pakar tetapi
pihak masyarakat secara luas.
Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan
bahwa prinsip pengembangan kurikulum menunjuk pada pengertian tentang berbagai
hal yang harus dijadikan patokan dalam menentukan berbagai hal yang terkait
dengan pengembangan kurikulum, terutama dalam fase perencanaan kurikulum, yang
pada dasarnya prinsip-prinsip tersebut merupakan ciri dari hakikat kurikulum
itu sendiri. Pelaksanaan pengembangan kurikulum inipun didasakan dalam rangka
ingin menghasilkan kurikulum baru atau kegiatan menghubungkan antara satu
komponen dengan komponen kurikulum lainnya hingga menemukan kesesuaian
berdasarkan prinsip-prinsip pengembangan kurikulum yang berlaku.
B.
Macam-Macam Prinsip Pengembangan Kurikulum
Pengembangan
Kurikulum Sekolah berdasarkan Permen nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi
didasari oleh prinsip-prinsip berikut ini:
1. Berpusat
pada potensi, perkembangan, kebutuhan dan kepentingan peserta didik dan
lingkungannya.
2.
Beragam
dan terpadu.
3.
Tanggap
terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.
4.
Relevan
dengan kebutuhan kehidupan.
5.
Menyeluruh
dan berkesinambungan.
6.
Belajar
sepanjang hayat.
7.
Seimbang
antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah.
Berdasarkan
hal tersebut di atas Sukmadinata mengelompokkan prinsip-prinsip pengembangan
kurikulum secara umum dan khusus. Secara umum meliputi prinsip relevansi,
fleksibilitas, kontinuitas, praktis (efisiensi) dan efektivitas. Adapun secara
khusus berkenaan dengan penyusunan tujuan, isi, pengalaman belajar dan
penilaian.
1.
Prinsip
Umum
Ada
beberapa prinsip umum dalam pengembangan kurikulum. Sukmadinata mengelompokkan
prinsip-prinsip pengembangan kurikulum secara umum meliputi prinsip relevansi,
fleksibilitas, kontinuitas, praktis (efisiensi) dan efektivitas.
Prinsip relevansi meliputi
relevansi internal dan relevansi eksternal. Relevansi internal, yakni semacam
analisis horizontal, yaitu kesesuaian antara komponen-komponen dalam kurikulum
itu sendiri, seperti tujuan, isi, pembelajaran, penilaian, alokasi waktu, dan
sumber belajar, serta minggu, bulan, dan semester yang sama, dalam mata
pelajaran yang sama. Relevansi eksternal maksudnya kesesuaian dengan tuntutan,
kebutuhan, dan perkembangan masyarakat, serta perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Selain itu, kesesuaian mata pelajaran yang satu dengan mata
pelajaran lainnya.
Prinsip fleksibilitas maksudnya adalah kurikulum hendaknya memilih sifat
lentur atau fleksibel. Kurikulum mempersiapkan anak untuk kehidupan sekarang
dan yang akan datang, disini dan ditempat lain, bagi anak yang memiliki latar
belakang dan kemampuan yang berbeda, artinya kurikulum memungkinkan terjadinya
penyesuaian-penyesuaian dengan kemampuan dan karakteristik peserta didik,
karakteristik sekolah, serta kondisi dan potensi daerah.
Prinsip kontinuitas, yakni
semacam analisis vertikal, yaitu kesinambungan isi antarsemester, antarkelas,
antarsatuan pendidikan, dan antarjenjang pendidikan. Sebaiknya pengembangan
kurikulum dilakukan secara serempak dari tingkat SD, SMP, SMA/SMK, Perguruan
Tinggi. Selain dianalisis secara horizontal, juga dianalisis secara vertikal
sehingga ada kesinambungan kompetensi mulai dari SD sampai dengan Perguruan
Tinggi.
Prinsip praktis atau efisiensi
yakni mudah dilaksanakan dengan menggunakan peralatan sederhana dan biaya yang
murah. Kurikulum meskipun harus ideal, tetapi juga harus praktis. Betapapun
bagus dan idealnya suatu kurikulum kalau menuntut keahlian-keahlian dan
peralatan yang sangat khusus dan mahal pula biayanya, maka kurikulum tersebut
tidak praktis dan sukar dilaksanakan.
Prinsip efektivitas berarti
meskipun harus murah, tetapi keberhasilannya tetap harus diperhatikan.
Pengembangan suatu kurikulum tidak dapat dilepaskan dan merupakan penjabaran
dari perencanaan pendidikan. Keberhasilan kurikulum juga akan mempengaruhi
keberhasilan pendidikan itu sendiri.
2.
Prinsip
Khusus
Ada beberapa prinsip yang lebih khusus dalam pengembangan
kurikulum. Prinsip-prinsip ini berkenaan dengan perumusan tujuan pendidikan,
pemilihan isi pembelajaran, pemilihan proses pembelajaran, pemilihan media dan
alat pembelajaran, serta pemilihan kegiatan penilaian.
a.
Prinsip
berkenaan dengan perumusan tujuan pendidikan
Tujuan
menjadi pusat kegiatan dan arah semua kegiatan pendidikan. Perumusan
komponen-komponen kurikulum hendaknya mengacu pada tujuan pendidikan. Tujuan
pendidikan mencakup tujuan yang bersifat umum atau berjangka panjang, jangka
menengah, dan jangka pendek (tujuan khusus). Perumusan tujuan pendidikan
bersumber pada:
1) Ketentuan
dan kebijaksanaan pemerintah, yang dapat ditemukan dalam dokumen-dokumen lembaga negara mengenai tujuan, dan strategi pembangunan termasuk di dalamnya
pendidikan.
2) Survei
mengenai persepsi orang tua/masyarakat tentang kebutuhan mereka yang dikirimkan
melalui angket atau wawancara dengan mereka.
3) Survei tentang
pandangan para ahli dalam bidang-bidang tertentu, dihimpun melalui angket,
wawancara, observasi, dan dari berbagai media massa.
4)
Survei
tentang manpower.
5)
Pengalaman
negara-negara lain dalam masalah yang sama.
6)
Penelitian.
b.
Prinsip
berkenaan dengan pemilihan isi pembelajaran
Memilih isi
pembelajaran yang
sesuai dengan kebutuhan pendidikan yang telah ditentukan para perencana
kurikulum perlu mempertimbangkan beberapa hal.
1) Perlu
penjabaran tujuan pendidikan/pengajaran ke dalam bentuk perbuatan hasil belajar
yang khusus dan sederhana. Makin umum suatu perbuatan hasil belajar dirumuskan
semakin sulit menciptakan pengalaman belajar.
2)
Isi bahan
pelajaran harus meliputi segi pengetahuan, sikap, dan keterampilan.
3) Unit-unit
kurikulum harus disusun dalam urutan yang logis dan sistematis. Ketiga ranah
belajar, yaitu pengetahuan, sikap, dan keterampilan diberikan secara simultan
dalam urutan situasi belajar. Untuk hal tersebut diperlukan buku pedoman guru
yang memberikan penjelasan tentang organisasi bahan dan alat pengajaran secara
lebih mendetail.
c.
Prinsip
berkenaan dengan pemilihan proses pembelajaran
Pemilihan proses belajar mengajar yang digunakan
hendaknya memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1)
Apakah proses
pembelajaran yang digunakan cocok untuk mengajarkan bahan pelajaran?
2) Apakah proses
pembelajaran memberikan kegiatan yang bervariasi sehingga dapat melayani
perbedaan individual anak?
3) Apakah proses
pembelajaran dapat menciptakan kegiatan untuk mengembangkan pengetahuan,
keterampilan dan sikap?
4)
Apakah proses
pembelajaran menerapkan pendekatan belajar peserta didik aktif (student
active learning)?
5) Apakah proses
pembelajaran menerapkan pendekatan pembelajaran saintis, mulai dari mengamati,
menanya, mencoba, mengolah, menyaji, menalar, mencipta?
d.
Prinsip
berkenaan dengan pemilihan media dan alat pembelajaran
Proses
belajar-mengajar yang baik perlu didukung oleh penggunaan media dan alat-alat
bantu pengajaran yang tepat.
1) Alat/media
pengajaran apa yang diperlukan. Apakah semuanya sudah tersedia? Bila alat
tersebut tidak ada apa penggantinya?
2) Kalau ada
alat yang harus dibuat, hendaknya memperhatikan: bagaimana pembuatannya, siapa
yang membuat, pembiayaannya, waktu pembuatan?
3) Bagaimana
pengorganisasian alat dalam bahan pelajaran, apakah dalam bentuk modul, paket belajar,
dan lain-lain?
4)
Bagaimana
pengintegrasiannya dalam keseluruhan kegiatan belajar?
5)
Hasil yang
terbaik akan diperoleh dengan menggunakan multimedia.
e.
Prinsip
berkenaan dengan pemilihan kegiatan penilaian
Dalam
merencanakan suatu penilaian hendaknya diperhatikan beberapa hal.
1)
Bagaimana
kelas, usia, dan tingkat kemampuan kelompok yang akan ditest?
2)
Berapa lama
waktu dibutuhkan untuk pelaksanaan test?
3)
Apakah test
tersebut berbentuk uraian atau objektif?
4)
Berapa
banyak butir test yang perlu disusun?
5)
Siapa yang
mengadministrasikan soal dan hasil penilaian?
Dalam
penyusunan alat penilaian (test) hendaknya diikuti langkah- langkah sebagai
berikut:
1) Rumuskan
tujuan-tujuan pembelajaran yang akan dinilai, baik ranah pengetahuan,
keterampilan, maupun sikap.
2)
Uraikan ke
dalam bentuk tingkah-tingkah laku murid yang dapat diamati.
3)
Hubungkan
dengan bahan pelajaran.
4)
Tuliskan
butir-butir soal penilaian.
Dalam pengolahan suatu hasil penilaian hendaknya
diperhatikan hal-hal sebagai berikut.
1)
Norma apa
yang digunakan di dalam pengolahan hasil test?
2)
Apakah akan
digunakan rumus atau formula guessing?
3)
Bagaimana
mengkonversi hasil test?
4)
Skor
standar apa yang akan digunakan?
5)
Untuk
apakah hasil-hasil test digunakan?
0 komentar:
Terima kasih telah berkunjung ke blog saya, silahkan berkomentar dengan sopan
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.