Resume Jurnal Computech & Bisnis

April 25, 2018 Unknown 0 Comments

RESUME JURNAL 3


Judul jurnal             :
Analisis Kesulitan Siswa Dalam Pemecahan Masalah Matematika
Penulis                        : Ruhyana
Lembaga penulis       : Jurnal Computech & Bisnis
Tahun                         : 2016
Volume/No./Hlm        : Vol. 10, No. 2, h. 106-118
Resume Jurnal          :
Jurnal yang ditulis oleh Ruhyana yang berjudul “Analisis Kesulitan Siswa Dalam Pemecahan Masalah Matematika” ini merupakan analisis terhadap hasil test soal pemecahan masalah matematika siswa kelas 6 sekolah dasar di SDN Sabagi Kecamatan Sumedang, Kabupaten Sumedang. Analisis yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis kesulitan, faktor penyebab kesulitan, dan bagaimana penanganan terhadap kesulitan siswa dalam pemecahan masalah matematika. Dari hasil analisis tersebut, diharapkan guru mampu mengantisipasi faktor apa saja yang dapat menjadikan hambatan bagi siswa dalam mengerjakan soal pemecahan masalah matematika.
Seperti yang kita ketahui bahwa pembelajaran matematika di sekolah dasar tidak hanya diarahkan pada peningkatan kemampuan siswa dalam berhitung, tetapi juga diarahkan kepada peningkatan kemampuan siswa dalam pemecahan masalah (Problem Solving), baik masalah matematika maupun masalah lain yang secara kontekstual menggunakan matematika untuk memecahkannya.
Tidak dipungkiri bahwa matematika menjadi salah satu mata pelajaran dengan tingkat kesulitan belajar paling banyak yang dialami siswa. Oleh karena itu diperlukan penelurusan lebih dalam terhadap apa saja hambatan belajar yang dialami siswa sehingga siswa mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal matematika terutama soal pemcehan masalah, serta bagaimana cara meminimalisir berbagai hambatan belajar tersebut. Dalam jurnal ini, penulis mencoba mengidentifikasi beberapa kesulitan yang dialami siswa dalam materi bilangan dan pecahan.
Untuk mengetahui kesulitan siswa dalam mengerjakan soal pemecahan masalah matematika, sebelumnya penulis melakukan tes diagnosis terlebih dahulu kepada 30 siswa di salah satu SD di kota Bandung. Dari hasil test tersebut selanjutnya dilakukan analisis secara mendalam terhadap kesulitan-kesulitan apa saja yang ditemui siswa dalam mengerjakan soal tersebut.
Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa penelitian yang dilakukan penulis dalam jurnal ini dilakukan setelah penulis melakukan sebuah tes yang berkaitan dengan soal pemecahan masalah dengan topik bilangan dan pecahan di kelas 6 kepada 30 siswa di sebuah sekolah yang kemudian selanjutnya dilakukan analisis secara mendalam terhadap masalah apa saja yang ditemukan setelah mengetahui hasil tes tersebut. Selain itu, penelitian yang dilakukan penulis dalam jurnal ini juga bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis kesulitan yang dialami siswa dalam mengerjakan soal pemecahan masalah dengan topik bilangan dan pecahan di kelas 6, faktor apa saja yang menyebakan siswa mengalami kesulitan, serta bagaimana penanganan yang tepat terhadap kesulitan yang dialami siswa tersebut.
Dalam penelitian ini penulis tidak menjelaskan lebih lanjut mengenai jenis penelitian atau pendekatan seperti apa yang dilakukan penulis. Akan tetapi, berdasarkan dari hasil telaah yang saya lakukan pada jurnal ini saya menyimpulkan bahwa penelitian yang dilakukan penulis merupakan jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif, karena analisis yang dilakukan penulis tidak berupa analisis yang bersifat kuantitatif atau statistik yang menggunakan angka-angka atau rumus tertentu dalam menentukan hasilnya, tertapi hanya berupa penjabaran deskriptif mengenai apa saja jenis kesulitan yang dialami siswa dalam mengerjakan soal pemecahan masalah dengan topik bilangan dan pecahan di kelas 6.
Berdasarkan kajian pustaka yang dilakukan penulis, dijelaskan bahwa suatu masalah biasanya memuat situasi yang mendorong seseorang untuk menyelesaikannya, akan tetapi tidak tahu secara langsung apa yang harus dikerjakan untuk menyelesaiknnya. Jika suatu masalah diberikan kepada seorang anak dan anak tersebut dapat mengetahui cara penyelesainnya dengan benar, maka soal tersebut tidak dapat dikatakan sebagai masalah. Sesuatu dianggap masalah bergantung kepada orang yang menghadapi masalah tersebut disamping secara impilisit suatu soal bisa memiliki karakteristik sebagai masalah.
Dalam pembelajaran matematika, masalah dapat disajikan dalam bentuk soal tidak rutin yang berupa soal cerita, penggambaran fenomena atau kejadian, ilustrasi gambar atau teka-teki. Masalah tersebut kemudian disebut masalah matematika karena mengandung konsep matematika. Terdapat beberapa jenis masalah matematika, walaupun sebenarnya tumpang tindih, tapi perlu dipahami oleh guru matematika ketika akan menyajikan jenis soal matematika. Menurut Hudoyo & Sutawijaya, masalah matematika dapat berupa masalah transalasi, masalah aplikasi, masalah proses dan masalah teka-teki.
Kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal matematika dapat diduga dari kesalahan-kesalahan dalam mengerjakannya. Menurut Davis dan McKillip dalam Suryanto, kesalahan dalam memecahkan masalah atau soal matematika ada yang disebabkan oleh kecerobohan, ada yang disebabkan oleh masalah belajar. Sedangkan menurut Wood bahwa beberapa karakteristik kesulitan siswa dalam belajar matematika adalah kesulitan membedakan angka, simbol-simbol, serta bangun ruang, tidak sanggup mengingat dalil-dalil matematika, menulis angka tidak terbaca atau dalam ukuran kecil, tidak memahami simbol-simbol matematika, lemahnya kemampuan berpikir abstrak, lemahnya kemampuan metakognisi (lemahnya kemampuan mengidentifikasi serta memanfaatkan algoritma dalam memecahkan soal-soal matematika).
Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam pembelajaran matematika seringkali ditemukan berbagai masalah yang menyebabkann siswa mengalami hambatan dalam proses pemahaman konsepnya sehingga mengakibatkan siswa juga sulit dalam proses pemecahan masalahnya. Masalah tersebut kemudian disebut masalah matematika karena mengandung konsep matematika. Kesulitan atau hambatan yang dialami siswa dalam menyelesaikan soal matematika dapat diduga dari kesalahan-kesalahan dalam mengerjakan soal yang berkaitan dengan materi yang tidak mereka pahami betul konsepnya seperti apa dan bagaimana cara pemecahan masalahnya.
Hasil penelitian yang dilakukan penulis dalam jurnal ini menghasilkan bahwa kesulitan yang diduga menjadi penyebab atau sumber terjadinya kesalahan yang yang dialami siswa yaitu berupa kesulitan dalam memahami atau menggunakan simbol, menggunakan proses yang tepat, menguasai konsep dan prasyarat yang ada pada proses pemecahan masalah tersebut, kurangnya ketelitian, perhitungan atau komputasi, mengingat, memahami maksud soal, memahami fakta, serta mengaitkan konsep dengan fakta yang ada dalam soal pemecahan masalah tersebut.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan penulis dalam jurnal ini, penulis menggambarkan bahwa pembelajaran yang dapat mengembangkan penalaran proporsional bukanlah pembelajaran klasikal yang hanya menjadikan murid sebagai objek pasif, melainkan pembelajaran penuh aktivitas yang melibatkan seluruh siswa untuk ikut berperan. Guru juga harus memberikan contoh-contoh nyata yang ada di kehidupan siswa dan memberikan siswa kebebasan untuk berdiskusi mengenai masalah-masalah proporsional. Selain itu, yang paling penting adalah menghindari pembelajaran prosedural dimana guru menyajikan algoritma penyelesaian masalah di awal dan menjelaskan secara verbal contoh bagaimana cara mengerjakannya tanpa disertai media apapun. Kegiatan ini jelas akan membunuh semangat siswa dalam bereksporasi mencari pengetahuannya sendiri. Membiasakan siswa memecahkan masalah dengan jalan pintas tanpa disertai proses berpikir hanya akan menyebabkan kemampuan logika proporsional menjadi tidak berkembang.
Dalam penelitian ini penulis menyimpulkan bahwa kesulitan belajar matematika yang dialami oleh siswa pada bahasan bilangan disebabkan oleh kemampuan verbal siswa untuk mencerna kalimat soal cerita menjadi kalimat matematika masih rendah. Namun ada juga yang dimungkinkan karena prasyarat yang dimiliki kurang terutama dalam perkalian sehingga menjadikan pemahaman konsep materi pada perkalian dua bilangan menjadi tidak paham. Untuk dapat memahami konsep perkalian dua bilangan atau lebih maka siswa harus memiliki kemampuan konsep prasyarat seperti kemampuan memahami konsep penjumlahan, konsep perkalian, serta konsep perkalian dua bilangan dengan cara bersusun. Sedangkan dalam bahasan pecahan, terlhat sekali bahwa penguasaan konsep siswa terhadap pecahan masih sangat rendah. Terlihat dari masih terjadi kesalahan dalam menentukan bagian dari sebuah pecahan atau bagaimana menghitung persentase dari suatu harga.
Kesulitan yang menjadi penyebab atau sumber terjadinya kesalahan siswa dalam mengerjakan soal-soal matematika adalah kesulitan dalam memahami dan menggunakan lambang, menggunakan proses yang tepat, menggunakan bahasa, menguasai fakta dan konsep prasyarat, menerapkan aturan yang relevan, mengerjakan soal tidak teliti, memahami konsep, perhitungan atau komputasi, mengingat, memahami maksud soal, mengambil keputusan, memahami gambar, dan mengaitkan konsep dengan fakta.
Berdasarkan hal tersebut penulis berpendapat bahwa perlu dilakukannya langkah-langkah konkret untuk mengatasi atau setidaknya mengurangi kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa dalam mengerjakan soal matematika. Tindakan yang dipilih tentu yang sesuai dengan kemampuan siswa, kemampuan guru dan kondisi sekolah di mana terjadi proses belajar-mengajar berlangsung. Karena, bisa saja masalah yang terjadi sama, tetapi situasi dan kondisinya berbeda maka dibutuhkan penanganan yang berbeda pula. Kegiatan yang dimaksud dapat berupa kegiatan yang menumbuhkan minat dan motivasi serta meningkatkan pemahaman siswa terhadap matematika, terutama pada bagian-bagian dimana siswa mengalami kesulitan. Kemungkinan langkah-langkah untuk mengatasi kelemahan tersebut adalah perlu diadakannya program pengajaran khusus sebagai pengayaan, perlu ditinjau kembali dan dikembangkan sistem penilaian yang bersifat edukatif yang dapat menumbuhkan motivasi siswa dalam belajar matematika, perlu dipenuhinya komponen-komponen belajar mengajar pokok yang disyaratkan. Selain itu juga diperlukan perubahan pembelajaran yang menggunakan inovasi baru untuk lebih memotivasi semangat dan minat siswa.
Berdasarkan pemaparan penulis di atas saya menyimpulkan bahwa kesulitan belajar yang dialami oleh siswa kelas 6 di SDN Sabagi Sumedang dalam pemecahan masalah matematika pada bahasan bilangan disebabkan oleh kemampuan verbal siswa untuk mencerna kalimat soal cerita menjadi kalimat matematika masih rendah. Selain itu, prasyarat yang dimiliki siswa juga kurang, seperti dalam hal memahami dan menggunakan lambang, menggunakan proses yang tepat, menggunakan bahasa, menguasai fakta dan konsep prasyarat, menerapkan aturan yang relevan, kurangnya ketelitian dalam mengerjakan soal, memahami konsep, perhitungan atau komputasi, mengingat, memahami maksud soal, mengambil keputusan, memahami gambar, dan mengaitkan konsep dengan fakta. Kerena hal itulah perlu dilakukan langkah-langkah konkret untuk mengatasi atau setidaknya mengurangi kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa dalam mengerjakan soal matematika tersebut. Tentunya tindakan yang dilakukan harus sesuai dengan kemampuan siswa, kemampuan guru dan kondisi sekolah di mana terjadi proses belajar-mengajar tersebut berlangsung.

0 komentar:

Terima kasih telah berkunjung ke blog saya, silahkan berkomentar dengan sopan

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.